Freakingly-Furious-Mood
Prisma
Jika dianalogikan secara ilmiah, ceritaku seakan seperti deviasi pada prisma, kau adalah cahaya putih, prismanya sendiri adalah waktu, sisi-sisi prisma adalah mereka yang menginginkanmu dan aku adalah udara. Kau datang melawatiku, menuju salah satu sisi prisma, lalu kau membias. Tak berhenti sampai di situ. Meskipun kau telah dibiaskan, kau tetap mencoba untu menembus sisi prisma berikutnya. Namun kau tetap dibiaskan. Dengan seiringnya itu, aku tetap berindeks bias 1. Maksudku aku slalu menunggu sampai kau selesai menembus dan terus dibiaskan. Seperti biasa, akhir cerita akan selalu indah. Setelah kau menembus dan dibiaskan sisi terakhir, kau akan menjelma menjadi warna-warna indah yang monokromatis. Mejikuhibiniu. Walau kau telah berubah, kau tetap akan menjadi cahaya, bahkan lebih indah dari sebelumnya. Juga kamu akan kembali ke udara, aku.
(hanya-ingin-bersandar-sebentar)
Aku bete maksimal dan hal ini yang membuat aku jadi sakit hati. Didukung pula dengan sejuta faktor yang ga nyante. Pengin banget semua ini end. Termasuk hidupku ini. Tapi masih kepikiran betapa gantengnya Jago, akhirnya ga jadi deh. O.O
Blog, aku berusaha cari pundak. Tapi gada yang mau. Mau curhat ke Uly, dia juga lagi bete, unmood gitu. Curhat ke mama, mama malah kaya gitu. Yaaah, tambah bete. Emosiku terlalu memuncak dan aku ga inget Tuhan. Yah, makin menjadi. Pas kaya gini aku cuma butuh pendengar setia, kaya Amel Riska. Aku suka cara dia dicurhatin. Suka banget. Walaupun aku pernah judge dia sok diplomatis, tapi entah kenapa aku suka caranya dia. Dia bisa bikin adem orang yang lagi panas. Ga kaya yang lain yang ga peka, aku nyolot malah dia tambah ngesok bener. Butuh amel dua-duanya pake banget. Miss you both so much.
Curhat lagi
The Schedule of XI Natural Science 7 - SMA 2 Purwokerto
SENIN:
Mat (8) bio, kim, eng
SELASA:
Fis (18), kwn, tik, bio
RABU:
Bio (17), fis, perancis, b ind
KAMIS:
Kim (20), fis, or, kesenian
JUMAT :
Mat (8), bajaw, sejarah
SABTU:
B.ind (34), mat, bing, agama
Teruntuk Adikku
Prihatin dengan keadaan adik-adikku sekarang. Apakah terlalu dimanja oleh teknologi. Itukah yang menjadikan hidup kalian sebagai ajang paling bobrok. Sangat melenceng dari tujuan penciptaan sebuah teknologi yaitu membantu manusia. Tapi sekarang malah mendukung kemerosotan moral tiada tara. Tahukah kalian, para penemu teknologi-teknologi tersebutpun sama sekali tidak mengijinkan kalian untuk membuat dampak negatif atas penemuan mereka. Tidakkah kalian sadar? Tentu tidak dan tidak mau tahu.
Adik-adikku, aku tahu kepintaranmu melebihi langit lapisan ketujuh. Tapi tiada guna jika untuk disalahgunakan. Kalian memang belum merasakan penyesalan. Perasaan itu diciptakan sebagai tanda akhir dari cerita. Agar si manusia tidak mengulang khilaf mereka. Mengapa harus belajar dari penyesalan jika sudah tahu dampak buruknya? Cukup bangun dan sadar dari perilaku buruk dan tinggalkan seterusnya. Kesadaran akan menjauhkan dari penyesalan. Tapi tentu hawa nafsu jahat akan menentangnya. Karena pikiran yang terlalu cetek dan kurang introspeksi.
Jangan hanya bercermin untuk bersolek saja. Kalian memang memiliki paras yang elok mempesona. Tapi nihil jika tidak diiringi dengan kecerdasan dan kedewasaan. Jangan diiringin hanya kepintaran! Kecerdasan harus ikut! Salah satunya kecerdasan bersikap. Terutama bersikap kepada yang lebih tua. Bukan berarti mereka gila hormat. Tapi ini semua demi kelancaran dalam hidupmu. Hal ini sesungguhnya adalah kewajiban dan cara menghormati dirimu sendiri sebagai yang muda. Bukankah sebagian besar manusia, terutama wanita mengupayakan agar dirinya dianggap (dilihat) masih muda? Maka, tunjukkan kemudaanmu itu dengan cara menghormati yang lebih tua. Niscaya hidupmu akan berkah.
Semuanya bisa dilatih dengan belajar. Belajar tidak mahal tidak apa-apa. Malah justru belajar harus menguntungkan. Sebab,
ini untuk hidupmu, dan untuk sejuta umat yang akan lahir.